EMANSIPASI WANITA DI ERA DIGITAL
Peran serta wanita

By Redaksi 08 Mei 2024, 10:46:03 WIB Artikel
EMANSIPASI WANITA DI ERA DIGITAL

Gambar : Wanita Di Dunia Modern (Siswa Jurusan RPL)


 

Feminisme merupakan suatu bentuk gebrakan kesetaraan gender dan tuntutan persamaan hak melalui berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Kesetaraan gender dan emansipasi wanita merupakan isu yang masih hangat untuk dibicarakan dan juga terus diperjuangkan. Dua hal tersebut, mempunyai makna yang berbeda. Kesetaraan gender adalah suatu keadaan atau kondisi yang sama antara laki-laki dan wanita dalam peran kehidupan bermasyarakat. Berbicara mengenai kesetaraan gender, banyak hal-hal yang saat ini masih menunjukkan belum berjalannya kesetaraan gender yang baik di Indonesia. Hal tersebut terbukti karena masih ditemukannya diskriminasi wanita dalam berbagai lini kehidupan. Berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2019, kekerasan pada wanita di Indonesia masih menduduki angka yang tinggi bahkan data setiap tahunnya masih menunjukkan peningkatan.

Sedangkan emansipasi wanita adalah keadaan atau proses pelepasan diri para wanita dalam segala aspek kehidupan, baik pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan aspek lainnya untuk berkembang dan maju. Melalui emansipasi wanita, satu persatu wanita di dunia bangkit dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah menjadi lebih maju dan berkembang.

Berbicara mengenai emansipasi wanita, terdapat sosok seorang wanita Indonesia dengan pemikiran untuk maju pada masanya. Beliau adalah Raden Ajeng Kartini, seorang wanita priyai Jawa yang mengekspesikan pemikirannya melalui surat-surat koresponden kepada sahabat Belandanya. Surat-surat ini berisikan ide dan cita-cita Kartini dalam mengupayakan agar wanita pribumi mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Surat-surat ini kemudian dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang memotivasi wanita Indonesia untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Dari bukunya juga dapat dilihat bagaimana semangat pendidikan wanita seharusnya. Perkembangan globalisasi dan penyebaran era digital merupakan kabar baik bagi penegakkan emansipasi wanita.

Saat ini emansipasi wanita berkembang sangat pesat. Wanita telah banyak merasakan kebebasan dan persamaan hak-hak seperti pendidikan, karir dan lain sebagainya. Menjalani pendidikan tinggi maupun menjalani karir seiring mengurus keluarga dapat dimumpuni oleh wanita. Namun, tidak minim juga opini masyarakat terkait “untuk apa sekolah tinggi-tinggi karena wanita hanya akan berakhir di dapur” sehingga memicu terjadinya pernikahan dini yang sering terjadi oleh generasi muda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi wanita untuk menunjukkan bahwa pendidikan itu penting, walaupun kita hanya akan berakhir sebagai ibu rumah tangga nantinya. Namun, perlu diingat bahwa wanita adalah figur utama dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik. Seperti pepatah mengatakan bahwa “seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas”.

Sebagai wanita yang menuntut emansipasi, maka wanita perlu membuktikan bahwa seorang wanita pantas untuk berkonstribusi dalam berbagai aspek kehidupan. Wanita saat ini bukan seorang kapitalis namun wanita yang mampu memajukan industri melalui teknologi digital. Disisi lain, pendidikan bukan hanya bersumber dari sekolah, saat ini kita dapat berbagi ilmu melalui media massa. Mengikuti sosialisasi dan pelatihan online merupakan langkah awal memperluas jangkauan pendidikan dengan memanfaatkan teknologi digital. Sudah banyak wanita yang paham akan teknologi, namun kelalaian teknologi seperti meng-upload hal-hal privasi dapat mengakibatkan pemudaran norma, adat dan budaya. Kelalaian ini juga menjadi tantangan pribadi bagi wanita dalam mengikuti perkembangan teknologi namun tetap menjaga batasan-batasan yang telah diatur.

Perkembangan teknologi berkembang semakin pesat. Sesuatu yang sebelumnya dipandang mustahil di masa lalu, sekarang menjadi sesuatu yang nyata saat ini. Dengan adanya teknologi digital, gambar yang akan ditampilkan cenderung memiliki kualitas warna yang lebih soft, natural, dan tidak pecah walaupun gambarnya diperbesar. Contoh lain dari teknologi digital adalah barang-barang elektronik seperti: televisi, komputer, laptop, tab, handphone, dan sebagainya.Teknologi digital merupakan teknologi yang sistem operasinya berjalan secara otomatis dengan menggunakan sistem komputerisasi. Pada dasarnya teknologi digital hanyalah sistem penghitungan sangat cepat yang memproses semua bentuk-bentuk informasi sebagai nilai-nilai numerik atau kode digital.

Revolusi 4.0 yang muncul pada abad ke-21, sebagai bentuk perkembangan globalisasi dan era teknologi digital yang diwarnai oleh artificial intelligence (kecerdasan buatan), inovasi dan era super komputer, dimana saat ini perubahan yang terjadi akan berdampak pesat pada ekonomi, politik dan industri negara. Perkembangan ilmu pengetahuan menghantarkan peran wanita menjadi semakin kompleks. Artinya, wanita mempunyai peran yang besar terhadap perubahan di negeri ini terutama berlomba-lomba dalam rangka kemajuan teknologi digital.

Banyak hal yang dapat dilakukan wanita dalam menghadapi era teknologi digital. Terdapat potensi bagi wanita untuk bekerja di industri digital. Namun, perlu kepercayaan diri yang tinggi agar wanita menjadi sumber daya digital yang kuat. Seperti menjadi influencer di media massa, memasarkan produk secara online, atau menjadi beauty vlogger, dan banyak lagi yang dapat dilakukan oleh wanita di era digital saat ini. Istilah digital influencer merebak dengan semakin banyaknya penggunaan internet terutama sosial media. Digital influencer adalah kemampuan untuk mempengaruhi, merubah opini dan perilaku secara online, umumnya melalui social networking. Secara sederhana, digital influencer adalah mereka yang memiliki pengaruh yang besar di sosial media.Tidak jarang ditemukan wanita yang merintis jenjang karirnya melalui digital influencer, hal ini memperlihatkan bahwa media digital dapat membantu gerakan wanita dalam memainkan perannya di era teknologi digital saat ini. Hal lainnya adalah, wanita dapat berkontribusi pada industri kecantikan dimana saat ini sedang berkembang dengan kehadiran beauty vlogger. Mereka bisa membangun branding dengan bantuan beauty vlogger. Apalagi dengan semakin banyaknya orang yang beprofesi ini, para perusahaan kecantikan bisa memilih beauty vlogger sesuai citra yang ingin dibangun oleh perusahan tersebut.

Saat ini, sebagian besar dari generasi milenial salah mengartikan emansipasi. Penilaian atas good looking atau penampilan luar membuat suatu bentuk penyimpangan karya. Beberapa aplikasi media massa digunakan wanita guna memperoleh perhatian namun dengan “memamerkan kecantikan fisik dan goyangan semata” hingga merusak nilai dan norma yang ada di masyarakat. Hal ini sudah jauh menyimpang dari emansipasi yang sebenarnya. Suatu karya yang dapat ditunjukkan tanpa harus melibatkan penilaian fisik sebagai poin utama. Karya yang diharapkan adalah sesuatu yang berguna bagi bangsa tanpa merugikan pihak manapun.

Sebagai contoh, misalnya putri dari mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia yaitu Hanna Keraf wanita asal Flores, Nusa Tenggara Timur. Ia merupakan lulusan mahasiswi Jurusan Bisnis internasional Universitas Ritsumeikan, dan menjadi founder gerakan “Du Anyam” serta aktif dalam kegiatan pemberdayaan wanita dalam menyebarluaskan budaya menganyam. Namun, berita tentang gerakan positif ini, maupun sosok pribadi dari Hanna Keraf itu sendiri kurang diangkat oleh pemberitaan secara luas. Padahal dari sosok ini, kita bisa melihat bahwa dengan pendidikannya, Hanna berhasil mengajak wanita-wanita lainnya untuk terus berkarya sekaligus melestarikan kebudayaan Indonesia.

Disisi lain, justru pemberitaan yang kurang berbobotlah yang sering menjadi topik utama. Hal inilah yang menjadi salah satu hambatan dalam berkarya bagi para wanita negeri ini, karena hal yang memotivasi kurang diangkat dan tidak disebarkan secara luas, sementara contoh konten dengan goyangan dan permodalan good looking sering diviralkan. Maka akan sulit bagi wanita generasi bangsa memiliki kepercayaan untuk berkarya tanpa harus mempertimbangkan bentuk fisik. Peran pemerintah dalam pengsosialisasian karya melalui prestasi dan kesadaran diri dari pribadi wanita itu sendiri sangat diperlukan disini. Disisi lain, menjadi tantangan tersendiri bagi wanita untuk berbagi bentuk karya ataupun konten positif agar memotivasi wanita lainnya diluar sana yang terus berkarya untuk negeri ini.

Tantangan yang diperoleh oleh perempuan sebagai bentuk dari revolusi 4.0 perlu direspon dari perubahan paradigma, regulasi dan cara kerja. Sisi mental dari wanita itu sendiri pun perlu dikuatkan, memberikan kepercayaan bahwa semua wanita memiliki hak yang sama untuk berkembang merupakan langkah awal yang tepat. Mengutip perkataan dari Bung Karno presiden pertama Indonesia, bahwa “jika perempuan itu baik, maka jayalah negaranya, dan jika perempuan itu buruk maka runtuhlah negaranya”. Perkataan ini memperlihatkan bahwa wanita merupakan kunci baik buruknya suatu negara. Oleh sebab itu, untuk mengimbangi perkembangan teknologi digital yang saat ini sedang berkembang maka wanita wajib mendapatkan pendidikan yang layak, terus berkarya dan paham mengenai digital, namun tetap menjaga norma dan budayanya dalam kehidupan bernegara. Karena dunia digital menyebar secara luas, maka wanita tidak boleh terjebak didalamnya, tetap ada batasan-batasan yang perlu dijaga.

Seorang wanita harus lebih peduli lagi dengan keamanan di dunia digital dan bijak dalam memilah informasi, khususnya di media sosial. Menjadi sosok wanita di era teknologi digital merupakan sebuah tantangan, namun jika dimanfaatkan dengan baik maka hal ini dapat menjadi peluang dalam mengangkat derajat wanita itu sendiri. Oleh karena itu, untuk seluruh wanita di negeri ini marilah menjadi “Kartini” di era digital dan melahirkan karya-karya baru yang dapat memajukan keluarga, bangsa, dan negara.




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment